Monday 9 November 2009

Sejenak Mengenang Pahlawan Yg Lahir diporjo


Untuk mngenang mereka pada hari pahlawan ini kita imbas sedikit tentang pahlawan dr purworejo,
Purworejo..meskipun hanya sebuah kota kecil namun ternyata banyk melahirkan nama2 besar yg tidak asing lagi namanya diseluruh indonesia.bnyk tokoh2 yg lahir dipurworejo dikota kecil ini,diantaranya:

 Siapa yg tidak kenal nama seperti :
        Sarwo Edhie Wibowo



lahir di Purworejo, Jawa Tengah, 25 Juli 1925 – meninggal di Jakarta, 9 November 1989 pada umur 64 tahun) adalah seorang tokoh militer Indonesia serta ayah dari Kristiani Herrawati, ibu negara RI dan istri presiden RI saat ini, Susilo Bambang Yudhoyono. Perannya sangat besar sewaktu penumpasan Pemberontakan G30S PKI dalam posisinya sebagai panglima RPKAD (atau Kopassus saat ini). Selain itu ia pernah menjabat juga sebagai Ketua BP-7 Pusat, Dubes RI di

Korea Selatan serta menjadi Gubernur AKABRI.

(sumber wikipedia)

W.R supratman Pencipta Lagu Indonesia raya

Kelahiran Beliau yg kontroversi Antara jakarta dan purworejo.

Yang pertama di MR Cornelis (Jatinegara) Jakarta dan yang kedua adalah di Dukuh Trembelang Desa Somongari Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo. Versi pertama dikutip dari penulis Matu Mona dan penulis Abdullah Puar. Versi ini bersumber dari surat jawaban yang diterima Matu Mona dari Ny. Rukiyem Supratiyah (kakak WR Supratman) yang ditulis oleh Urip Supardjo (adik WR Supratman).Dalam wawancara yang dilakukan oleh "Sekretaris Tim Peneliti dan Penetapan Tempat Kelahiran WR Supratman" dalam

rangka penulisan buku "Komponis dan Jurnalis Nasionalis WR Supratman, Maha Putera Tanah Bagelen" terhadap Urip Supardjo di kediamannya Jl. Veteran Jakarta, Urip Supardjo menyatakan bahwa surat jawaban untuk Matu Mona yang ditulisnya dengan tempat kelahiran WR Supratman di MR Cornelis (Jatinegara) hanyalah pertimbangan praktis dan gengsi saja, namun sesungguhnya WR Supratman dilahirkan di Dukuh Trembelang Desa Somongari Kabupaten Purworejo. Hal ini juga dikuatkan oleh keterangan Ny. Rukiyem Supratiyah yang direkam dalam video yang sekarang disimpan oleh Kak Har (Dwi Rahardjo), seorang pandu wreda yang tinggal di Tangerang. Keterangan yang menguatkan lainnya berasal dari Ny. Siti Fatimah Kasan Sangari (sepupu WR Supratman) dan Ny. Salamah (janda WR Supratman).

WR adalah kependekan dari Wage Rudolf. Wage adalah hari kelahirannya yaitu pada hari Wage pada tahun 1903 sedangkan Rudolf adalah nama panggilannya karena saat itu WR Supratman dapat memerankan tokoh Rudolf dengan baik dalam sebuah drama di kota Makassar karena ikut kakak iparnya Van Eldik, seorang Indo kelahiran Jawa Timur.
Mengenai tanggal kelahirannya juga ada 2 versi yang kuat, yang pertama tanggal Senin Wage 9 Maret 1903 dan yang kedua Kamis Wage 19 Maret 1903. Versi yang pertama berdasarkan atas tercantumnya tanggal kelahiran WR Supratman pada senin Wage 9 Maret 1903 dalam amar putusan Pengadilan Negeri Surabaya ketika kakak-kakaknya mengajukan penetapan "Ahli Waris" karena ada seorang wanita dari Rembang yang mengaku sebagai istri WR Supratman. Akhirnya tanggal 9 Maret oleh pemerintah dijadikan hari musik Nasional.
Sedangkan versi kelahiran yang kedua yaitu pada Kamis Wage tanggal 19 Maret 1903, versi ini muncul dari sejumlah saksi ketika diperiksa dalam Pengadilan Negeri Purworejo, diungkapkan bahwa Ibu Siti Senen, ibu kandung WR Supratman dalam keadaan mengandung tua telah pulang ke desa asalnya yaitu Somongari pada hari Kamis Wage kemudian melahirkan seorang bayi laki-laki.
Pada tahun 1978, pada masa Bupati Purworejo Supanto, telah membentuk tim yang dikirim ke Jakarta untuk mendiskusikan tentang kelahiran WR Supratman dengan Yayasan Idayu, kemudian mengajukan permohonan ke Pengadilan Negeri Purworejo untuk penetapan tempat kelahiran WR Supratman, langkah tersebut dibarengi dengan pembuatan patung WR Supratman di prapatan Pantok Purworejo dan pemasangan prasasti di Desa Somongari. Namun sampai habisnya jabatan Bupati Supanto sidang perdata di Pengadilan Negeri Purworejo belum membuahkan hasil dan ditunda tanpa putusan.
Persoalan tempat tanggal lahir WR Supratman muncul kembali setelah Dwi Rahardjo membuat surat kepada Presiden RI 7 Februari 2005 yang isinya mempersoalkan tanggal kelahiran WR Supratman, kemudian Bupati Purworejo membentuk tim peneliti untuk mengumpulkan, menelusuri dan menganalisa tentang WR Supratman. Kemudian Tim merencanakan sejumlah kegiatan dan membuka kembali perkara perdata tentang tempat lahir WR Supratman yang tertunda. Namun dalam perkembangannya proposal yang diajukan ternyata tak mendapat respon bahkan diketahui rencana anggaran yang dibebankan kepada APBD untuk rencana pembangunan jangka menengah Desa Somongari telah dicoret.
Bagaimanapun penelusuran tempat tanggal lahir WR Supratman memang perlu diperjuangkan dan perlu dukungan segenap elemen bangsa khususnya masyarakat Purworejo, karena sepatutnya dan terbukti bahwa WR Supratman adalah komponis yang terlahir dari Kota BERIRAMA.(sumber porjo asia).

 Selamat Hari Pahlawan,,Semoga Arwah2 yg terkorban dlm perjuangan diberi tempat Disisi sang pencipta n Bisa sebagai pengobar semangat generasi muda,supaya bisa menghargai perjuangan mereka dengan kerukunan hidup bersuku suku,berbangsa n tenggang rasa umat beragama sehingga tercipta indonesia yg maju aman damai n sejahtera .
Baca juga tokoh yg lain disini.(oleh maswahzhu)


LATAR BELAKANG SEJARAH SECARA SINGKAT 
(dr emel cah pituruh di facebook)


Tanpa memaparkan kembali sejarah dan latar belakang Hari Pahlawan 10 November secara bertele-tele, mungkin ada gunanya bagi kita untuk mengingat berbagai data atau fakta yang berkaitan dengannya, sekedar untuk menyegarkan kembali ingatan. Ringkasnya, atau padatnya, adalah yang berikut:

Pada tanggal 1 Maret 1942 tentara Jepang mendarat di pulau Jawa, dan pemerintah kolonial Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada tanggal 8 Maret. Sejak itu, Indonesia diduduki oleh fasisme Jepang. Dengan dijatuhkannya bom atom di Jepang (Hiroshima dan Nagasaki) dalam bulan Agustus 1945 oleh Amerika Serikat, maka pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah kalah tanpa syarat kepada Sekutu.

Selama pendudukan Jepang, di tengah-tengah penderitaan rakyat yang disebabkan oleh pendudukan tentara Jepang dan perang, di kalangan banyak golongan lahir semangat anti-Barat atau anti-kolonialisme, di samping perasaan anti-Jepang (terutama menjelang tahun 1945). Dalam rangka persiapan untuk menghadapi segala kemungkinan menghadapi Sekutu, pemerintah Jepang telah menggunakan berbagai cara dan akal untuk _merangkul_ rakyat Indonesia, untuk menghadapi Sekutu. Peta (Pembela Tanah Air) telah dibentuk, dan Jepang juga menjanjikan _kemerdekaan_ kepada bangsa Indonesia. Pemimpin-pemimpin Indonesia (antara lain Sukarno, Hatta dll) telah menggunakan berbagai kesempatan waktu itu untuk menyusun kekuatan, demi cita-cita untuk kemerdekaan bangsa.

Dengan kekalahan Jepang menghadapi Sekutu, maka kemerdekaan bangsa Indonesia telah diproklamasikan tanggal 17 Agustus, yaitu ketika pasukan pendudukan Jepang masih belum dilucuti oleh Sekutu. Sejak itulah terjadi berbagai gerakan rakyat untuk melucuti senjata pasukan Jepang, sehingga terjadi pertempuran-pertempuran yang memakan korban di banyak daerah.

Ketika gerakan untuk melucuti pasukan Jepang sedang berkobar-kobar itulah maka pada tanggal 15 September 1945 mendarat tentara Inggris di Jakarta dan pada tanggal 25 Oktober juga di Surabaya. Tentara Inggris didatangkan ke Indonesia atas keputusan dan atas nama Sekutu, dengan tugas untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan yang ditahan Jepang, dan memulangkan tentara Jepang ke negerinya. Tetapi, di samping itu, tentara Inggris juga memikul tugas (secara rahasia) untuk mengembalikan Indonesia kepada pemerintah Belanda sebagai jajahannya.

Perkembangan sejak mendaratnya tentara Inngris di berbagai daerah di Indonesia menunjukkan bahwa kehadirannya (atas nama Sekutu) itu telah diboncengi oleh rencana fihak Belanda untuk menjajah kembali Indonesia. Tentara Inggris (Sekutu) yang datang ke Indonesia juga mengikutkan NICA (Netherlands Indies Civil Adminsitration). Kenyataan inilah yang meledakkan kemarahan rakyat Indonesia di mana-mana. Di Surabaya, dikibarkannya bendera Belanda Merah-Putih-Biru di hotel Yamato telah melahirkan _Insiden Tunjungan_, yang menyundut berkobarnya bentrokan-bentrokan bersenjata antara pasukan Inggris dengan beraneka-ragam badan perjuangan yang dibentuk oleh rakyat.

Singkatnya, bentrokan-bentrokan bersenjata dengan tentara Inggris di Surabaya, makin memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur, pada tanggal 30 Oktober. Karena terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby itu, maka penggantinya (Mayor Jenderal Mansergh) mengeluarkan ultimatum yang merupakan penghinaan bagi para pejuang dan rakyat umumnya. Dalam ultimatum itu disebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah jam 6 pagi tanggal 10 November 1945.

SERANGAN BESAR-BESARAN TANGGAL 10 NOVEMBER

Adalah wajar sekali bahwa ultimatum yang semacam itu telah ditolak. Sebab, Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri (walaupun baru saja diproklamasikan), dan Tentara Keamanan Rakyat sebagai alat negara juga telah dibentuk. Di samping itu, banyak sekali organisasi-organisasi perjuangan telah dilahirkan oleh beraneka-ragam golongan dalam masyarakat, termasuk di kalangan pemuda, mahasiswa dan pelajar. Badan-badan perjuangan itu telah muncul sebagai manifestasi tekad bersama untuk membela republik yang masih muda, untuk melucuti pasukan Jepang, dan untuk menentang masuknya kembali kolonialisme Belanda (yang memboncengi kehadiran tentara Inggris di Indonesia).

Pada tanggal 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan besar-besaran dan dahsyat sekali, dengan mengerahkan sekitar 30 000 serdadu, 50 pesawat terbang dan sejumlah besar kapal perang. Berbagai bagian kota Surabaya dihujani bom, ditembaki secara membabi-buta dengan meriam dari laut dan darat. Ribuan penduduk menjadi korban, banyak yang meninggal dan lebih banyak lagi yang luka-luka. Tetapi, perlawanan pejuang-pejuang juga berkobar di seluruh kota, dengan bantuan yang aktif dari penduduk.

Fihak Inggris menduga bahwa perlawanan rakyat Indonesia di Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo 3 hari saja, dengan mengerahkan persenjataan modern yang lengkap, termasuk pesawat terbang, kapal perang, tank dan kendaraan lapis baja yang cukup banyak. Rupanya, Tentara Keamanan Rakyat (yang kemudian menjadi TNI) dianggap enteng, apalagi badan-badan perjuangan bersenjata (laskar-laskar dll) yang banyak dibentuk oleh rakyat. Tetapi, diluar dugaan fihak Inggris, ternyata perlawanan itu bisa bertahan lama, berlangsung dari hari ke hari, dan dari minggu ke minggu lainnya. Perlawanan rakyat yang pada permulaannya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur. Ternyata, pertempuran besar-besaran ini memakan waktu sampai sebulan, sebelum seluruh kota jatuh ditangan fihak Inggris.

KEAGUNGAN ARTI 10 NOVEMBER

Kebesaran arti pertempuran Surabaya, yang kemudian dikukuhkan sebagai Hari Pahlawan, bukanlah hanya karena begitu banyaknya pahlawan - baik yang dikenal maupun tidak di kenal _ yang telah mengorbankan diri demi Republik Indonesia. Bukan pula hanya karena lamanya pertempuran secara besar-besaran dan besarnya kekuatan lawan. Di samping itu semua, kebesaran arti pertempuran Surabaya juga terletak pada peran dan pengaruhnya, bagi jalannya revolusi waktu itu. Pertempuran Surabaya telah dapat memobilisasi rakyat banyak untuk ikut serta, baik secara aktif maupun pasif, dalam perjuangan melawan musuh bersama waktu itu, yaitu tentara Inggris yang melindungi atau _menyelundupkan_ NICA ke wilayah Indonesia.

Pertempuran Surabaya juga telah menyebarkan, ke daerah-daerah yang paling jauh di Indonesia, kesadaran republiken, patriotisme yang tinggi, solidaritas seperjuangan di kalangan berbagai suku, agama, keturunan. P_ngaruhnya bagaikan nyala api besar yang membakar semangat perlawanan sehingga muncul juga pertempuran di banyak tempat di Indonesia. (Untuk menyebut sekedar sejumlah kecil di antaranya : di Jakarta pada tanggal 18 November, di Semarang tgl 18 November, di Riau tanggal 18 November, di Ambarawa tanggal 21 November, di pulau Bangka 21 November, di Brastagi tanggal 25 November, di Bandung tanggal 6 Desember, di Medan 6 Desember, di Bogor tanggal 6 Desember).

Ciri utama berbagai perjuangan yang meletus di banyak kota dan daerah di Indonesia adalah bahwa peristiwa-peristiwa itu mendapat dukungan besar moral dan material dari rakyat, yang berarti juga telah menggugah rasa kebersamaan patriotik dalam perjuangan, dan dalam skala yang luas. Dalam kaitan ini, patut dikenang bersama betapa banyaknya dapur-dapur umum yang telah diselenggarakan oleh rakyat di mana-mana bagi mereka yang berjuang, tanpa imbalan apa pun juga. Juga, betapa banyaknya rombongan pemuda-pemuda yang berbondong-bondong menuju daerah pertempuran.

Artinya, perjuangan melawan tentara Inggris (dan NICA) telah menggugah semangat patriotisme yang lintas-suku, lintas-agama, lintas-keturunan ras, dan lintas-aliran politik. Dengan semangat itu jugalah, rakyat Indonesia kemudian meneruskan, antara tahun 1945 sampai 1949, perjuangan melawan Belanda, sesudah tentara Sekutu (Inggris) meninggalkan Indonesia.

Dalam merenungkan kembali pertempuran Surabaya (dan juga pertempuran-pertempuran lainnya yang terjadi di banyak tempat di negeri kita) maka terbayanglah betapa indahnya suasana revolusi waktu itu, ketika patriotisme yang tinggi dan semangat sedia berkorban demi kepentingan rakyat dan bangsa menjadi kebanggaan umum. Suasana revolusi waktu itu telah memberikan pendidikan moral yang besar bagi banyak orang.

Sesudah bangsa kita melewati masa gelap Orde Baru, ketika api patriotisme sudah dibikin pudar dan semangat kerakyatan sudah dibikin semaput selama puluhan tahun, maka patutlah kiranya kita tetap menyimpan harapan bahwa bangsa kita akan bisa menemukan kembali arah besar yang sudah ditunjukkan oleh para pejuang perintis kemerdekaan dan para pahlawan yang sudah mendahului kita, yaitu : dengan jiwa Bhinneka Tunggal Ika mengabdi terus kepada kepentingan rakyat secara tulus!




No comments:

Post a Comment

Silahkan Komentar disini